Kamis, 24 Maret 2016

SECANGKIR LITERASI DIMALAM PUISI

Berbicara tentang literasi untuk para pegiatnya memang tidak akan pernah bosan. Apalagi sekarang ini, literasi sudah menjadi endemi—yang mewabah menjadi salah satu ‘penyakit’—yang mudah menular dari satu orang ke orang lain. Kini literasi tidak hanya disukai oleh kalangan yang dekat dengan buku saja, masyakarat dari banyak tingkatan pun mulai terjangkiti ‘penyakit’ literasi. Wabah tersebut ternyata juga sampai di Kota Udang Sidoarjo, dan dibangunkan kembali oleh anak-anak muda yang menamakan diri sebagai Komunitas Malam Puisi Sidoarjo.

Malam Puisi Sidoarjo yang menyajikan acara sharing proses kreatif menulis dengan mengundang penulis berbakat dari Sidoarjo dan merayakan puisi ini digelar pada Minggu, 20 Maret 2016 dengan dihadiri oleh 20 peserta. Acara yang menyuguhkan cara mencintai literasi dengan unik ini sebelumnya sudah menyelenggarakan Malam Puisi Sidoarjo pertama dan kedua.

Sebelum memasuki proses sharing kreatif, terlebih dulu peserta yang hadir bergantian membacakan puisi-puisi sendiri ataupun puisi penyair nasional. Suasana malam dan aroma keheningan sangat menunjang kesyukukan acara. Ferdi Afrar salah satu peserta Malam Puisi Sidoarjo membacakan puisinya sendiri yang berjudul ‘Pintu’ sebagai pembuka acara. Disusul peserta lain seperti Asoka Ahmad, Denny Novita, dan lainnya yang juga turut merayakan puisi.

Malam Puisi Sidoarjo yang mulus terlaksana di Perpustakaan Taman Ilmu Masyarakat Buduran Sidoarjo kali ini mengundang Shabrina WS penulis novel dan fabel dari Sidoarjo yang karyanya sudah bertebaran di toko buku nasional. Pada kesempatan ini, Shabrina berbagi ilmu menulis yang menarik kepada peserta. Menuliskan binatang sebagai salah satu tokoh dalam sebuah novel romance adalah hal yang bisa dibilang rumit tapi mengagumkan. Lebih mengagumkan lagi, karena melalui tulisan ia sembari mengampanyekan kecintaan terhadap satwa dengan cara yang berbeda. ia ingin menyentuh hati manusia agar mencintai satwa melalui karya.

Pada akhir acara, Shabrina menekankan agar tidak jemu berliterasi. “Usahakan selalu membaca dan menulis setiap hari walaupun sebentar dan sedikit,” lontarnya saat ditanya oleh salah satu peserta tentang bagaimana cara konsisten bertahan mencintai literasi. “Jangan lupa, menulislah apa yang kita tahu. Saya menulis tentang binatang, karena saya mencintainya. Saya ingin pembaca tahu, bahwa binatang jelas punya sudut pandang yang berbeda dengan kita,” lanjutnya memberi penjelasan.
Sebagian gambaran















0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 Fauzi Sidoarjo