Rabu, 21 September 2016

Stop pembubaran lapak baca

Maaf hanya opini penjual jamu.

Pustaka bergerak merupakan nama baru dalam dunia perbukuan. Nama ini diinisiatori Oleh Nirwan Arsuka, kami menyebutnya bapak pustaka bergerak. Pustaka bergerak menjadi alternatif lain atas penebaran budaya baca di pelosok-pelosok negeri. Ada yang menggunakan kuda, perahu, motor dan ada juga yang hanya berjalan kaki dan memanggulnya.


Pustaka bergerak dijalankan oleh para relawan yang tak kenal lelah dan putus asa. Mereka memiliki semboyan DIMANA BUMI DIPIJAK, DISITULAH KAMI MENGGELAR BACAAN. Mereka menebar budaya baca yang dimana seharusnya ini menjadi tangung jawab pemerintah. Mereka tidak digaji, apalagi mengharap untuk di hormati, tidak, itu masih jauh dari kamus dan pemikiran mereka.

Bergerak berdasarkan naluri dan jiwa mereka, kecil tapi masif dan menyebar. Bagi anda yang tak masuk komunitas ini, atau tak pernah tahu, bagi anda pustaka bergerak hanya di jalankan oleh sedikit orang. tapi perlu anda ketahui gerakan kami, menggurita.

Mungkin anda lebih familier dengan perpustakaan keliling. Tapi bagi kami nama Pustaka bergerak, lebih enak di dengar, dan hal ini juga disepakati oleh ketua YPPI Trini Haryanti bahwa pustaka bergerak adalah pemersatu dua nama yaitu perpustakaan dan taman bacaan.


Gerakan Pustaka bergerak mampu masuk ke gang kecil-kecil bahkan ke desa-desa yang tidak mungkin dijangkau oleh kendaraan roda empat maupun dua. Mereka bisa masuk, mengantarkan bahan bacaan untuk generasi penerus bangsa dan mereka-mereka yang haus akan bacaan. Dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh perpustakaan keliling seperi mobil-mobil perpustakaan karena lokasi yang tidak terjangkau kendaraan. Pustaka bergerak hadir guna menjawab data lemahnya budaya baca kita.

Namun disisi lain, kegiatan mereka tidaklah selalu lancar, mereka juga punya keterbatasan, akan tetapi semangat mereka mampu membawa bara para pejuang. Inilah yang membuat saya selalu kagum dan takjub pada mereka yang bisa hadir ditengah keterbatasan. jika meminjam istilah dari mbak najwa sihab, mengembangkan budaya baca bukanlah tugas si pemandu kuda atau perahu pustaka, tapi ini adalah tanggung jawab negara dan bersama.


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 Fauzi Sidoarjo